PacitanUpdate.com || PACITAN, JAWA TIMUR — Dua warga Desa Jeruk, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan, meninggal dunia akibat diduga terpapar gas beracun saat bekerja di lokasi galian batu asah atau batu ungkal di Dusun Jambu, Sabtu (18/10/2025) pagi. Peristiwa tragis ini terjadi di area tambang milik warga bernama Sarni sekitar pukul 09.00 WIB.
Kapolres Pacitan, AKBP Ayub Diponegoro Azhar, membenarkan adanya kejadian tersebut. “Iya, benar, dua orang meninggal dunia. Kami masih melakukan pemeriksaan di lokasi untuk memastikan penyebab pasti kematian,” ujarnya saat dikonfirmasi.
Ayub menambahkan, pihaknya tengah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), mengamankan lokasi, dan memeriksa sejumlah saksi. “Kami akan memastikan hasilnya berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan keterangan ahli,” tambahnya.
Dari keterangan warga setempat, peristiwa bermula saat korban pertama, Misradi (59), masuk ke dalam goa untuk mengambil peralatan kerja berupa linggis dan bodem. Namun, ia tidak kunjung keluar. Rekannya, Agus Susanto (30), yang menunggu di luar, kemudian menyusul memeriksa dan menemukan Misradi dalam kondisi pingsan.
Melihat kondisi itu, warga lain bernama Sugeng Triono (25) mencoba menolong, namun ia juga ikut terpapar gas dan kehilangan kesadaran. Warga segera meminta bantuan ke Puskesmas Jeruk, namun meski telah diberikan pertolongan dan tabung oksigen, kedua korban dinyatakan meninggal dunia.
Goa tempat para korban bekerja, dikenal sebagai Goa Pongkalan, memiliki kedalaman sekitar 70 meter dan minim ventilasi udara. Diduga kuat, gas beracun di dalamnya berasal dari kandungan alami goa atau hasil reaksi zat mineral tertentu di lokasi tambang.
Menurut Babinsa Desa Jeruk, Serka Ferry, yang turut berada di lokasi, pihaknya bersama Koramil Bandar, Polsek Bandar, perangkat desa, dan petugas medis segera mendatangi tempat kejadian untuk membantu proses evakuasi.
“Begitu mendapat laporan, kami langsung bergerak ke lokasi bersama aparat terkait. Dugaan sementara, korban meninggal karena menghirup gas beracun di dalam goa yang tertutup dan tidak memiliki ventilasi cukup,” jelas Serka Ferry.
Ia juga menyampaikan imbauan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati saat bekerja di area tambang tradisional. “Kami mengingatkan warga untuk tidak memasuki lokasi tertutup tanpa alat pelindung diri dan sistem ventilasi yang aman. Keselamatan harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Serka Ferry turut menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban serta apresiasi kepada warga dan petugas yang membantu proses evakuasi. Ia berharap peristiwa serupa tidak terulang di kemudian hari.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak desa dan kepolisian untuk melakukan sosialisasi tentang pentingnya keamanan kerja di tambang rakyat. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bersama agar tidak ada lagi korban jiwa,” imbuhnya.
Sementara itu, warga Dusun Jambu, Rudi, menjelaskan bahwa sebagian besar warga setempat menggantungkan hidup dari penambangan batu asah. “Sekitar dua puluh persen warga di sini bekerja sebagai penambang. Padahal, harga batu asah tidak sebanding dengan risikonya — satu pikul berisi sekitar sepuluh batu dihargai Rp80 ribu per hari,” ujarnya.
Kedua korban, Misradi dan Sugeng Triono, telah dimakamkan di pemakaman desa setempat dengan bantuan warga dan aparat. Hingga kini, pihak berwenang masih melakukan pendataan serta kajian terhadap kandungan gas di area tambang guna mencegah insiden serupa. (Kris)
Tags:
Peristiwa